Dan terlihat pada dentum sekejap yang seketika saat segala retorika pecah suara-suara terbelah
dan sendu menari semolek-
moleknya kelabukan lazuardi dari biru yang warna lalu hujan adalah air mata tertuang dari sebentuk netra
duhai perempuan . . .
Pantas saja gincumu tak lagi
memerah auramu tak lagi merona
senyummu tak lagi merekah
dan tawamu sudahpun terbata
ternyata gemuruh rapuh berumah dihatimu merupa beku kemarilah . . .
Mendekaplah padaku
biarpun pelukis bukanlah aku
namun memoles pelangi di matamu
aku masih mampu
kan ku bubuhkan warna tembaga
dipelangi itu
sebagai tanda kesungguhanku
kemarilah . . .
Peluk tubuhku lalu rebahkan di pundakku setiap sendumu
lihatlah . . . !
Yang terindah dari pelangi adalah hadirnya usai reda dari hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar